Tiga Tantangan Besar yang Dihadapi Industri Logistik Indonesia
KARLOARTICLE | 01 Mar 2020
Tiga Tantangan Besar yang Dihadapi Industri Logistik Indonesia
Karakteristik Wilayah Indonesia
Lebih dari 270 juta penduduk Indonesia hidup di berbagai penjuru wilayah yang luasnya mencapai 1,9 juta kilometer. Selain itu, wilayah laut seluas 3,2 juta kilometer juga turut memisahkan daerah dari satu pulau ke pulau lainnya. Jumlah penduduk yang tinggi mengandung potensi besar, yaitu volume distribusi barang produksi dan konsumsi yang tinggi. Perdagangan dengan pihak di luar negeri juga menambah volume barang yang beredar di dalam negeri. Untuk aktivitas impor, barang masuk ke wilayah Indonesia kemudian beredar di wilayah dalam negeri. Untuk aktivitas ekspor, barang diangkut ke hub kemudian bergerak ke luar negeri. Dengan demikian infrastruktur transportasi menjadi penopang yang penting dalam kegiatan perekonomian bangsa, diantaranya jalan, jembatan, rel kereta api, pelabuhan maupun bandar udara.
Untuk menangani wilayah yang luas, pemerintah memiliki peran dalam menyiapkan infrastruktur transportasi. Sebagai contoh, BPS mencatat bahwa panjang jalan di Indonesia mencapai 542.310 kilometer. Sekitar 35% panjang jalan tersebut terdapat di Pulau Sumatera. Jalan di Pulau Jawa berada di urutan kedua dengan 22% dari total panjang jalan di tanah air. Pulau Jawa dan Sumatera merupakan pulau dengan jumlah pemukim yang terbanyak. Terlepas dari topografi jalan di Pulau Sumatera yang tidak semulus Pulau Jawa, infrastruktur jalan yang tersedia masih dapat mengakomodasi keterhubungan antar daerah. Sementara itu kawasan yang mencakup pulau terluas di Indonesia, yakni Maluku dan Papua, hanya memiliki 8% dari total panjang jalan di Indonesia.
Kurangnya Koordinasi yang Efektif
Dengan berkembangnya ekonomi, maka jumlah penyedia layanan logistik bertambah, begitu juga dengan daerah cakupan pelayanannya. Hal ini merupakan hal yang positif dalam hal penyediaan kebutuhan atas kegiatan ekonomi yang dilakukan di dalam negeri. Namun tetapi penambahan jumlah penyedia layanan logistik ini tidak diikuti dengan tingkat pelayanan yang diberikan. Hal ini disebabkan oleh persaingan harga yang sangat ketat, sehingga memaksa pelaku transportasi logistik untuk mengerahkan sumber daya yang ada untuk mempertahankan bisnisnya untuk beroperasi dengan margin keuntungan yang sangat rendah. Tidak ada ruang yang tersisa untuk diinvestasikan untuk memperbaiki sistem komunikasi dan koordinasi.
Tingkat pelayanan yang rendah dari penyedia layanan transportasi tercermin dari banyaknya jalur komunikasi yang terpotong, kegiatan komunikasi yang masih belum mengandalkan sistem komputer, pertukaran data yang masih menggunakan kertas, maupun tingkat reliabilitas yang rendah karena informasi yang didapatkan tidak dapat menggambarkan situasi saat ini, tetapi berasal dari situasi beberapa waktu yang lalu. Hal ini menjadi faktor penyebab koordinasi yang kurang efektif.
Koordinasi yang baik menjadi faktor penentu utama saat pelaku industri Indonesia dihadapkan pada persaingan global. Tenaga kerja yang mahal membuat proses kerja yang membutuhkan komunikasi secara manual menjadi mahal. Komoditas yang tidak tahan lama tetapi membutuhkan pengangkutan ke tempat yang jauh membutuhkan ketepatan dan kecepatan dalam pengiriman. Pasar e-commerce pun mengubah kecepatan pengiriman secara signifikan. Karena itu, koordinasi yang efektif antar pihak maupun internal dalam perusahaan transportasi sangat diperlukan untuk memberikan jasa pengiriman barang yang cepat, tepat, dan memuaskan.
Logistik yang Sustainable
Pelestarian lingkungan hidup menjadi tema yang besar dalam beberapa tahun terakhir. Kesadaran masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonomi yang berkelanjutan semakin meningkat. Pelaku industri tidak hanya fokus dalam meningkatkan keuntungan dari aktivitas ekonomi, tetapi juga dengan mencermati dampak lingkungan yang terjadi dari proses bisnisnya. Sementara proses pencarian dan penelitian sumber daya terbarukan sedang dilakukan, tugas pelaku industri transportasi adalah untuk menggunakan sumber daya yang sekarang ada dengan penuh tanggung jawab. Itu berarti bahwa setiap pemakaian harus dioptimalkan.
Untuk kasus transportasi darat, truk yang digunakan perlu mengikuti standar mesin tertentu agar emisi yang dihasilkan bisa dijaga pada level yang rendah. Selain itu, efisiensi solar juga berperan penting dalam penggunaan sumber daya alam tidak terbarukan secara optimal. Muatan kosong tidak hanya menjadi beban perusahaan, tetapi juga memiliki dampak lingkungan. Karena itu perencanaan logistik secara operasional, taktis serta pada level strategi untuk jangka panjang menjadi sangat penting.